31 Maret 2009

Emapat Lilin Dan Seorang Anak Kecil

Cerita ini saya dengar dari dosen mata kuliah Bimbingan konseling saya, dia membuka perkuliahanya di hari pertama dengan memberikan cerita empat lilin dan seorang anak kecil. Ini dia ceritanya:
Pada satu ruangan yang gelap ada empat buah lilin menyala terang sehingga menjadikan ruangan tersebut terang benderang dan si anak bermain dengan riangnya dan penuh kepolosan dan tanpa ia sadari nyala api menjadikan lilin semakin meleleh dan ada angin bertiup menghembus ke dalam ruangannya yang menjadikan nyala itu bergoyang dan akhirnya apa yang terjadi, dalam kesunyian itu ada percakapan ke empat lilin itu, dan percakapan itu kurang lebih adalah:
Lilin pertama berbicara, Aku adalah “Perubahan“.Tapi manusia tidak mampu berubah dalam hidupnya, maka lebih baik aku mematikan diriku saja !” Demikianlah sedikit demi sedikit sang Lilin Perubahan padam.
Lalu lilin kedua pun berbicara Aku adalah “Iman“. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkan Lilin Iman tersebut.
Dengan sedih giliran ketiga berbicara : Aku adalah “Cinta“. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mecintainya, membenci keluarganya. ” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin Cinta tersebut.
Tanpa terduga…. ANAK pemilik rumah itu masuk ke dalam kamar untuk mengambil ‘benda-benda’ milik-Nya di sana, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena dia tidak bisa melihat jelas dalam gelap, ia berkata : ” Ekh, apa yang terjadi ? Kalian harus tetap menyala, Aku tidak mau rumah-Ku gelap !”
Lalu dengan terharu, lilin ke empat berkata, jangan menangis dan takut selama aku masih ada, maka raihlah aku dan nyalakan ketiga lilin tadi, karena akulah HARAPAN.
Tanpa berpikir panjang anak kecil tadi meraih dan menyalakan ketiga lilin tadi, dan akhirnya terang kembali ruangan yang sempat gelap dan si anak kecil itu kembali tersenyum dan meneruskan mainnya
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Degan demikian dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa dalam hidup ini kita tidak boleh pesimis, takut atau cepat menyerah, tapi harus selalu optimis dan penuh harapan karena selagi masih memiliki harapan, cita-cita dan keinginan; berarti kita masih ada peluang untuk meraih dan merubah kehidupan kita dengan berdasarkan pada Keimanan dan rasa Cinta
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Harapan yang ada dalam hati kita. Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-Nya !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda. Trima kasih...