08 April 2010

BAB V

BAB V

PEMBAHASAN


A. Penerapan Pembelajaran Koperatif Tipe NHT Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Kubus dan Balok

Pembelajaran tentang bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan pada penelitian ini dilakukan dengan proses pemahaman siswa sendiri. Dalam hal ini, peneliti sebagai fasilitator dan mediator dan memberikan langkah-langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT. Materi yang diberikan kepada siswa tentang kubus dan balok dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu membuat rencana pembelajaran sebagai persiapan mengajar dan mengelompokan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam membentuk kelompok jumlah siswa dalam kelas dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-msaing kelompok terdiri dari 4 dan 5 siswa. Ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008:286), yaitu ukuran kelompok yang sangat ideal adalah 4-5 orang. Kelompok dengan 4 – 5 orang anggota akan lebih mudah melakukan koordinasi dalam menyatukan ide-ide dan berdiskusi. Masing-masing kelompok diklasifikasikan dengan siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah.

Pembentukan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memperoleh pemahaman konsep melalui bantuan teman kelompoknya. Jakobs, 1996, dan McKeachie, 1994 pakar pembelajaran koperatif merekomendasikan bahwa pengelompokan para siswa secara heterogen dan kecerdasan dapat memperbaiki hubungan antara siswa, mendorong siswa untuk mempromosikan sistem teman sebaya atau persentasi individu ( Asma, 2006:19). Interaksi siswa dalam kelompok dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Anggota kelompok yang kurang mampu dapat bertanya kepada anggota kelompok yang lebih mampu mengenai hal-hal belum dipahami. Sedangkan siswa yang lebih mampu akan bertambah pemahamannya melalui proses menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain atau kepada kelompok lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (Asma, 2006:26) bahwa belajar kelompok memberi keuntungan baik kepada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Untuk menghemat waktu, pembentukan kelompok dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung, sebelum pembelajaran, peneliti sudah membagi siswa ke dalam beberapa kelompok sehingga siswa sudah mengetahui kelompoknya masing-masing. Pada saat pembelajaran siswa langsung menempati posisinya masing-masing sesuai dengan kelompoknya. Proses ini sangat menghemat waktu jika dibandingkan dengan pembentukan kelompok pada saat pemebelajaran berlangsung.

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi siklus I dan Siklus II. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Dan setiap akhir siklus diadakan tes. Tes ini digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi yang dipelajari. Hasil tes kemudian dianalisis berdasarkan kriteria keberhasilan untuk menetapkan apakah siswa dapat mencapai ketuntas atau belum. Siswa dikatakan tuntas apabila mencapai atau melebihi standar kriteria kriteria keberhsilan yang telah ditetapkan.

Kegiatan pembelajaran pada penlitian ini dilakukan sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir dengan langkah-langkah pembelajarannya yaitu:

a. Pendahuluan

  1. Guru melakukan apersepsi

  2. Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT

  3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

  4. Guru memberikan motivasi

b. Kegiatan inti

Tahap pertama

  1. Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1- 4.

  2. Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing.

Tahap kedua

Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS

Tahap ketiga

Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut .

Tahap keempat

1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan LKS.

c. Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

2) Guru memberikan tugas rumah

3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya.


B. Prestasi Belajar Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pada siklus I dan siklus II dari hasil analisis tes menunjukan peningkatan hasil belajar pada bangun ruang sisi datar kubus dan balok setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Berdasarkan kriteria keberhasilan yang menyatakan siswa berkategori tuntas belajar minimal 75% dengan kriteria tuntas belajar apabila nilai hasil evaluasi siswa pada siklus I, II minimal 65. Hasil analisis tes siklus I diketahui bahwa skor persentase siswa yang mendapat nilai 65 telah bayak dari pada siswa yang mendapat nilai di bawah 65 yaitu persentase siswa yang mendapatkan nilai minimal 65 sebanyak 72,72% dan siswa yang mendapat nilai di bawah 65 sebnyak 27,27%. Dengan demikian hasil belajar siklus I belum tercapai optimal karena siswa yang tuntas belajar belum mencapai kriteria keberhasilan.

Pada siklus II, skor persentase hasil belajar siswa lebih besar daripada siklus I. Hal ini diketahui dari peningkatan skor persentase siswa yang mendapat nilai minimal 65 sebanyak 81,81% dan terjadi penurunan skor persentase siswa yang medapatkan nilai di bawah 65 menjadi 18,18%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar pada siklus II telah berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan.


C. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Respon yang diberikan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat positif. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan selama pembelajaran, hasil angket dan wawancara yang menyatakan bahwa siswa senang terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT, karena lebih percaya diri untuk saling membantu menjelaskan soal-soal matematika kepada teman-temannya. Selain itu, dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa menjadi aktif dan mempunyai tanggung jawab terhadap suatu soal matematika untuk dijelaskan kepada teman-temannya.


D. Kendala yang di Hadapi

Selama proses belajar berlangsung banyak kendala yang dihadapi peneliti dalam penelitian. Banyak siswa yang ramai ketika diskusi dalam kelompok, kemudian ketika peneliti menjelaskan materi dasar tentang kubus dan balok siswa menyimak penjelasan dengan seksama dan ketika peneliti bertanya apakah sudah paham penjelasan yang disampaikan peneliti, siswa menjawab paham. Namun ketika peneliti menyuruh siswa mendiskusikan LKS banyak siswa belum paham dan kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Selain itu, masih ada siswa dalam kelompok yang belum berani mengemukakan pendapatnya dan malu untuk mempersentasikan hasil pekerjaanya.


E. Solusi dan Pemecahan

Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi kedala yang dihadapi di dalam kelas yaitu dengan menegur langsung kepada siswa yang membuat ramai. Selain itu, peneliti memberikan motivasi kepada siswa supaya berani menyampaikan pendapatnya tentang materi yang telah dipahaminya dan berani bertanya tentang materi yang belum dipahaminya.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda. Trima kasih...